Indonesia Cerdas ASI
Ingin ku sunting dirimu
Mau ah aku mau
Tapi Jangan buru-buru
Tunggu cukup Usia dulu
Agar bahtera kita indah s’lamanya, Jangan hamil
cepat-cepat, jangan lahir rapat-rapat
Agar Bayi lahir sehat dan ibu selamat
Dua anak lebih baik
Sumber gambar: littledotshop.multiply.com |
Beberapa bulan yang lalu iklan
layanan maysrakat dari BKKBN ini sering begema di seantero televisi nasional. Frekuensi yang sering dan lagunya yang unik, ditambah lagi pasangan
artis yang sedang gandrungi masyarakat sebagai bintang iklannya, keponakan saya
yang masih berusia dini pun keasyikan
menghapalkan lagu ini, bahkan menjadi
latar lagu yang dia gumamkan saat bermain, luar biasa peran media ini. Saya
sebagai pemuda, melihat iklan layanan masyarakat BKKBN ini merasa ada satu isu
yang kurang untuk disosialisasokan dalam bait-baitnya. Saya merasa, Bayi lahir
sehat dan Ibu selamat saja belumlah cukup untuk membuat tuntas perkara kesejahteraan keluarga muda Indonesia. pemuda Indonesai pembentuk sendi Masyarakat dalam
keluarga perlu kembali dicerdaskan dengan pentingnya pemberian susu ASI bagi
buah hati, si Kecil penerus bangsa dan Negara.
Dua puluh atau tiga puluh tahun
lalu, rasanya isu tentang memberikan ASI kepada anak tidaklah menjadi hal yang
penting untuk di sosialisasikan, karena masyarakat tau pasti pentingnya memebrikan
ASI kepada anaknya. Namun sekarang, disaat orang tua sibuk mencari sesuap nasi
dan segenggam berlian, agresifnya promosi susu formula yang dapat menggantikan
manfaat ASI, serta keridak-pahaman akan pentingnya pemberian ASI kepada anak
membuat fenomena anak dengan susu Formula menjadi fenomena yang cukup besar di
masyarakat. Terbukti beberapa tahun lewat, salah satu universitas terkemuka di
Indonesia meneliti mengenai adanya kandungan bakteri sakazakii di benyak air susu formula, dan penelitian tersebut berhasil menggeparkan orang tua-orang tua
yang selama ini keasikan memberikan susu formula kepada anak-anaknya. Padahal, hal tersebut tidak perlu menjadi kekhawatiran
berlebihan saat orang tua sepakat dan serius memberikan ASI kepada anak mereka,
bagaimanapun kondisinya.
Kenapa saya menyoroti hal ini,
karena saya menjadi pemerhati perkembangan dua keponakan saya. Si sulung dan si
bungsu diberikan program yang berbeda dalam pemenuhan nutrisinya saat kecil. Si
sulung yang cantik diberikan susu formula sedari usia 1 bulan, sedangkan si
bungsu yang ganteng diberikan ASI ekslusif dan baru diberikan pendamping ASInya
diatas usia 6 bulan. Si sulung, kenapa dia diberikan susu formula, karena
jelas-jelas terjadi kesalahan teknis sedari proses perawatan di rumah sakit.
Saat Lahir, si sulung yang lahir Caesar
ini segera dilakukan pemisahan ruangan pewaratan, dia di ruangan rawat bayi
sedangkan sang ibu di ruang pemulihan pasca oprasi. Segera setelah itu, inilah
hal yang paling saya sesalkan, sang petugas kesehatan memberikan susu formula
menggunakan dot kepada si sulung selama 1 hari perawatan. Sementara kaka saya
air susunya sudah penuh, bahkan banjir minta dihisap oleh sang bayi, namun apa
daya, hari kedua saat bayi diperbolehkan untuk di susui Ibunya, bayi menolak
untuk menghisap, dia bingung mencari puting,
ia tidak tahu cara menghisap. Awal yang salah ini berdampak besar, selanjutnya
dia tidak mau menyusu ASI, yang dia tau menyusu itu menggunkan benda keras yang
dimasukan kedalam mulut, botol dot. Hari-hari diusinya menuju satu tahun
dipenuhi oleh penyakit diare, sembelit, demam, mudah terserang flu, dan
parahnya, pada usia 2 tahun, si sulung sudah bisa terserang thypus. Berbeda dengan kakanya, si
bungsu yang lahir secara caesar pula
mendapatkan perawatan Rooming in,
alias bayi dan ibu segera disatukan dalam satu ruangan perawatan segera pasca
kelahirannya, bayi merah langsung diajarkan caranya menghisap ASI dari puting ibu,
maka jadilah ia bayi yang haus akan ASI. Benar saja, si bungsu yang sekarang
berusia 15 bulan belum pernah mengalami diare, jarang sakit, dan terlihat
pertumbuhan yang sangat pesat dari sisi kecerdasan.
Sebagai calon tenaga kesehatan
Indonesia, saya merasa masalah ini adalah masalah yang mengancam qualitas
sumber daya manusia Indonesia kelak. Mungkin masalah serupa juga ditemui oleh
keluarga-keluarga muda Indonesia lainnya. Maka hal ini harus menjadi perhatian
pemerintah dan masyarakat secara umum, untuk kembali mengkampanyekan ASI
sebagai makan terbaik bagi bayi. banyak
penelitian yang menyebutkan salah satu penyebab terputusnya penberian ASI
adalah pengetahuan orang tua yang kurang mengenai ASI, baik manfaat dan kegunaanya,
teknis pemberian ASInya, bahkan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar.
ASI
merupakan nutrisi terbaik bagi bayi karena memiliki manfaat tidak hanya untuk
bayi, melainkan ibu, keluarga, dan negara. Manfaat yang dirasakan oleh bayi
antara yaitu komposisinya sangat sesuai dengan kebutuhan bayi manusia,
mengandung zat-zat protektif yang mampu melindungi bayi dari penyakit. Bayi yang diberi ASI akan
memiliki pertumbuhan yang baik, mencegah kejadian kreies dentis (gigi berlubng), serta mengurangi
resiko terjadinya penyakit kronik dikemudian hari. Bagi Ibu, dengan memberikan
ASI maka dapat mencegah perdarahan opasca persalinan, mempercepat pengecilan
kandungan, mengurangi anemia, sebagai metode KB sementara, mengurangi resiko
kanker indung telur dan kanker payudara, dan memberikan efek psikologi yang
baik bagi hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan bagi suatu negara, pemberian
ASI dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan anak, mengurangi subsidi
kesehatan, menghemat devisa untuk membeli susu formula, menungkatkan kualitas
sumber daya manusia, dan mengurangi efek polusi dari penggunaan susu formula
(Suradi, 2008).
Manfaat
ASI yang besar tersebut juga sebanding dengan tantangan yang dihadapi oleh
orang tua masa kini. Selain kurangnya pengetahuan, Tidak sedikit orang tua yang
memutuskan memberikan susu formula kepada anaknya karena kondisi ibu yang harus
kembali bekerja setelah cuti hamil yang tiga bulan.
Menurut data BPS 2011 angka tenaga kerja
mencapai 119,4 juta jiwa, sedangkan menurut laporan BPS 2009 Populasi pekerja
perempuan terdapat sebesar 39,8 juta jiwa (37,9%) dari jumlah pekerja(BPS,
2011). kebijakan perusahaan yang tidak mendukung pelayanan kesehatan reproduksi
bagi wanita pekerja seperti hak cuti melahirkan singkat, tidak disediakannya
jaminan kesehatan reproduksi, atau tidak adanya tempat penitipan anak dan
pemeraahan susu harus mendapat perhatian yang serius. Jelas bahwa membantu ibu
–ibu pekerja dalam cara-cara menyusui merupakan hal yang penting dalam menjamin
kelangsungan pemberian ASI.
Anak
sapi diberikan susu sapi, maka, anak manusia harus diberikan ASI. Dari beberapa
hal yang saya paparkan di atas mengenai ASI, ada beberapa solusi yang
ditawarkan. Pertama, pemerintah harus serius dalam mengkampanyekan pemberian
ASI kepada anak. Gunakan media massa untuk menyebarluaskan, atau mingkin ada
iklan dan bait sambungan dari iklan PKKBN yang sangat menarik. Dengan
menggunkan kewenangannya, pemerintah dapat membatasi distribusi susu formula
untuk bayi dibawah 1 tahun. Serta berkerjasama dengan perindustrian atau
perkantoran untuk membuat tempat kerja sayang Ibu yang menyediakan tempat
penitipan anak, pemerahan ASI, dan lemari pendingin untuk penyimpanan ASI.
Tidak
cukup peran pemerintah, masyarakat juga harus turut serta mensukseskan. Untuk
sukses dalam memberikan ASI, Ibu membutuhkan dukugan lingungan, terutama suami
dan keluarga dekat. Suami tidak hanya menjadi suami siaga saat istri dalam masa
kehamilan, tapi juga harus menjadi suami pendukung ASI pasca melahirkan. Suami
bisa memberikan pelayanan maksimal kepada ibu menyusi dengan membantu perawatan
selain meyusui, misalnya mengantikan popok, membelikan pealatan penghisap susu,
menyiapkan makanan bergizi seimbang untuk ibu, dll. Karena pada hakekatnya,
tanggung jawab perawatn anak tidak hanya berumpu di Ibu, tetapi ada diantara Ibu
dan ayah. Selanjutnya keluarga yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan,
harus menjadi pendamping dan tutor kepada ibu muda dalam memebrikan ASI,
Ajarkan tehnik pemberiannya secara detail, dan berikan pengetahuan secara teori
yang dapat meningkatkan motivasi orang tua dalam usaha memberikan ASI.
Singkat
kata, pengetahuan mengenai pemberian ASI harus kembali dikampanyekan kepada
orang tua, terutama orang tua muda Indonesia. Karena hal tersebut adalah salah
satu hak pemuda ditengah penbangunan, dan pemberian ASI adalah hak hakiki
seorang anak untuk mendapatkan pewaran terbaik dalam masa pertumbuhannya.
Sehingga dapat membntuk sumberdaya manusia Indonesia yang lebih baik dan
berqualitas.
Daftar Pustaka:
suradi.(2008). Air susu
ibu dan hal bayi. Dalam Hegar, Badrul, dkk(ed), Bedah ASI kajian dari berbagai sudut pandang ilmiah.Jakarta:
Penerbit FK UI.
Kementrian Kesehatan
RI. Banyak sekali manfaat ASI bagi ibu
dan bayi. Desember 16,2011. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1450-banyak-sekali-manfaat-asi-bagi-bayi-dan-ibu-.htmlLang,
Sandra. 2003. Breastfeeding special care
babies.Philadelphia:Elsevier Science
Kementrian Kesehatan RI. Ibu bekerja bukan alas an menghentikan ASi ekslusif. Desember 16,
2011 http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1662-ibu-bekerja-bukan-alasan-menghentikan-pemberian-asi-eksklusif.html
Kementrian Kesehatan RI. Kesehatan reproduksi di tempat kerja dalam mendukung pencapaian tujuan
MDGs 2015. Oktober 13, 2011 http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1423-kesehatan-reproduksi-di-tempat-kerja-dalam-mendukung-pencapaian-tujuan-mdgs-2015.html
Komentar