Latihan Fisik Persiapan kelahiran
Assalamualaikum
Alhamdulillah bisa menulis lagi setelah hajatan besar-besaran dalam hidup, yaitu melahirkan untuk pertama kali.
Banyak sekali yang akan di share di blog ini, banyak, sapai tak cukup satu judul untuk menceritakannya.
Untuk memulainya, Ayu mau sharing dulu tentang apa yang terjadi di minggu terakhir sebelum HPL yaitu 14 Mei 2017.
Waktu Bang Eky datang pas usia kandungan 37 minggu, kami saling berdebat (ala suami isteri) terkait kapan mau melahirkan, Ayu maunya pas usia kandungan 38 minggu, Bang Eky maunya pas usia kandungan 39 Minggu, perdebatan sengit terjadi (masih dalam seting ala suami isteri) sampai akhirnya Ayu tersadar bahwa yang juga harus turut andil dalam menentukan minggu keberapa hajatan lahiran itu jatuh adalah anak yang ada dalam kandungan, kita orang tuanya hanya berperan sebagai supporting system buat dia.
So, dengan kesadaran penuh, kita sepakat menjadi supporting system yang baik, oklah, bunda akan mulai program latihan penurunan kepala bayi ke panggul,
dan Ayah akan semangat bekerja mencari nafkah di Cirebon untuk menyediakan biaya bagi hajatan kelahiran, yang entah kapan akan terjadi, semua terserah si Jabang bayi.
Ayah, bunda kasih list apa saja yang harus dibeli menjelang kelahiran, bunda minta ditranfer uang buat belanja belanji, Juga buat gambaran anggaran yang akan dikeluarkan pasca lahiran. Yang pasti cost yang harus disediakan adalah biaya melahirkan di Bidan, biaya aqiqah, biaya peralatan dan perabot bayi. Dan Ayahpun mulai mengencangkan ikat pinggang, untuk persiapan kelahiran, ga lupa juga Ayah menanyakan alur dan prosedur pengkleman reimbursement semua biaya yang memang ditanggung oleh perusahaan.
Bunda, apa saja yang dilakukan:
Tiap hari ingetin nenek buat beliin air kelapa di pasar Gunung Batu buat bunda minum. Ini Asyik banget, kata om dan tante kalo trimester akhir rajin rajin minum air kelapa biar anaknya lahir dalam keadaan bersih. Maksudnya bersih disini tuh anaknya nggak ada vernixnya di kepala. Padahal vernix itu kan lemak coklat yang melindungi bayi dari rasa dingin, dan vernix banyak ditemui pada bayi yang lahir pada usia gestasi cenderung muda, seperti usia 36-38 minggu. Kalau bayinya lahir saat gestasi matur isnyaAllah vernixnya akan berkurang, alias bersih kalo kata orang jaman dulu. Jadi Ayu minum air kelapa tujuannya untuk hidrasi dan membuat cairan ketuban dalam kondisi baik, kan air kelapa kaya akan ion, vitamin, dan mineral yg baik untuk tubuh
Minggu 38 lewat, tapi tanda kontraksi belum muncul juga, aduh galaw sekali, masuk minggu ke 39, segala ketenangan diri hilang, ayu mulai stress, mamah mulai nanya kapan HPl, lalu menargetkan si bayi harusnya sudah lahir
Aahhh makin stress, mulai tanya2 temen yg lahiran di week 41-42, untuk memperpanjang harapan...
Satu minggu ini,,,week 39 menjelang week 40...
Hari senin, BAK malam hari, ada blood slime, apakah ini pertanda? Tapi nggak ada kontraksi sama sekali
Mulai serius melakukan pelvic rocking pakai birthing ball, mantul2 bisa sampe 300 kali
Selasa, tanda blood slime hilang, tidak ada tanda apa2, si dede masih bergerak getak santai diperut, Ayu terus berdoa ke Allah bunyi doanya, makin singkat dan realistis
"Ya Allah izinkan hamba menjalani proses kelahiran sealami alaminya tanpa intervensi tambahan tak perlu, agar hamba merasakan keajaiban dan kehebatan tubuh ini dalam proses persalinan, sehingga bertambah keimanan dan ketauhidan hamba"
Plus ajak bicara dedek bayi sambil usap usap perut, dek, lahirlah de, Ayah sudah belikan bunda baju tidur gamis lumama😸
Rabu, mulai deh, physical exercise extreem, pilihannya ada ngepel jongkok dan naik turun tangga, berhubung kalo ngepel jonglok di larang sama bidan henny, jadi diganti sama gerakan jongkok berdiri 2x10 setiap mandi pagi sore, lumayan, gaya gravitasi bikin si dedek makin neken ke bawah
Naik turun tangga, kembali memanfaatkan gaya gravitasi untuk membuat kepala si dede makin turun panggul. Alhamdulillah punya rumah yang tinggi dan ada tangga curamnya,,,
Mulai deh program naik turun tangga serius, tiap subuh dan sore hari.
Jam 5 sore dengan baju seadanya, alias daster plus jaket, sebotol air mineral, sepotong roti, pedometer, plus Bapak yang diam2 selalu nemenin Ayu sambil ndengerin radio di ruang depan, ayu mulai melangkah naik dan turun tangga, baru awal aja ini perut langsung kontraksi, ayu terusin naik dan turn tangga, mulai napas tersengal, keringat bercucuran, detak jantung menggila, dan endorfin meraja, 30 menit, angka di pedometer menunjukan sudah 1875 langkah, selesainya cuapeeee banget, kaya abis olah raga cardio. Bapak selalu ngingetin untik stop kalo udah 30 menit.
Habis naik turun tangga, minum, makan, langsung pelvic rocing di burthing ball
Kamis libur nasional euy, ada teh ndel dan teh ncih dirumah. Pagi2 ayu dah naik tirun tangga lagi, ditemenin bapak, jam 5 subuh, sekatang 1500 langlah, ada tukang doclang lewat, beli deh, sekalian sama traktir bapak. Paginya teh ningsih anterin edsel ke sekolah, Ayu sama teh ndel olahraga jalan cepet dengan track rumah, litbang, pasir mulya, gunung batu, di gunung batu kita misah, teh ndel lanjut jalan ke mawar, nah Ayu ke bidan.
Di bidan sri dody, ada bidan Iin dan bidan bedah lagi on duty. Ayu dan bidan iin bikin plan karena usia bayi dah 39w5d, jadi kalo belum lahir sampe 40 minggu, bidan bisa tunggu sampai 41 week, tapi senin USG dulu, cek ada lilitan tali pusat ga, cairan amnionnya gimana, dan berapa berat janinnya. Nah kalo dah masuk 42 minggu, baiknya diinduksi aja, tapi ga bisa di kinik bidan, harus di rumah sakit.
Pulang dari bidan, terngiang ngiang tentang induksi,,,aahh aku ga mau diinduksi, tapi buat kebaiakan dan keselamatan bayi, ayu mulai pasrah dan menerima kemungkinan induksi...
Kamis sore, naik turun tanggal lagi, dapet 1800 langkah, lanjut lagi pelvic rocking.
Jumat pagi, naik turun tangga lagi, lebih ringan sekarang, karena udah biasa kali ya, 30 menit dapet 2075 langlah, huaaa dahsyat...
Oh ia, tadi malam ada blood show, tapi kontraksi belum datang
Cerita hari jumat lanjut ke judul selanjutnya ya, because friday is the show time
Alhamdulillah bisa menulis lagi setelah hajatan besar-besaran dalam hidup, yaitu melahirkan untuk pertama kali.
Banyak sekali yang akan di share di blog ini, banyak, sapai tak cukup satu judul untuk menceritakannya.
Untuk memulainya, Ayu mau sharing dulu tentang apa yang terjadi di minggu terakhir sebelum HPL yaitu 14 Mei 2017.
Waktu Bang Eky datang pas usia kandungan 37 minggu, kami saling berdebat (ala suami isteri) terkait kapan mau melahirkan, Ayu maunya pas usia kandungan 38 minggu, Bang Eky maunya pas usia kandungan 39 Minggu, perdebatan sengit terjadi (masih dalam seting ala suami isteri) sampai akhirnya Ayu tersadar bahwa yang juga harus turut andil dalam menentukan minggu keberapa hajatan lahiran itu jatuh adalah anak yang ada dalam kandungan, kita orang tuanya hanya berperan sebagai supporting system buat dia.
So, dengan kesadaran penuh, kita sepakat menjadi supporting system yang baik, oklah, bunda akan mulai program latihan penurunan kepala bayi ke panggul,
dan Ayah akan semangat bekerja mencari nafkah di Cirebon untuk menyediakan biaya bagi hajatan kelahiran, yang entah kapan akan terjadi, semua terserah si Jabang bayi.
Ayah, bunda kasih list apa saja yang harus dibeli menjelang kelahiran, bunda minta ditranfer uang buat belanja belanji, Juga buat gambaran anggaran yang akan dikeluarkan pasca lahiran. Yang pasti cost yang harus disediakan adalah biaya melahirkan di Bidan, biaya aqiqah, biaya peralatan dan perabot bayi. Dan Ayahpun mulai mengencangkan ikat pinggang, untuk persiapan kelahiran, ga lupa juga Ayah menanyakan alur dan prosedur pengkleman reimbursement semua biaya yang memang ditanggung oleh perusahaan.
Bunda, apa saja yang dilakukan:
Tiap hari ingetin nenek buat beliin air kelapa di pasar Gunung Batu buat bunda minum. Ini Asyik banget, kata om dan tante kalo trimester akhir rajin rajin minum air kelapa biar anaknya lahir dalam keadaan bersih. Maksudnya bersih disini tuh anaknya nggak ada vernixnya di kepala. Padahal vernix itu kan lemak coklat yang melindungi bayi dari rasa dingin, dan vernix banyak ditemui pada bayi yang lahir pada usia gestasi cenderung muda, seperti usia 36-38 minggu. Kalau bayinya lahir saat gestasi matur isnyaAllah vernixnya akan berkurang, alias bersih kalo kata orang jaman dulu. Jadi Ayu minum air kelapa tujuannya untuk hidrasi dan membuat cairan ketuban dalam kondisi baik, kan air kelapa kaya akan ion, vitamin, dan mineral yg baik untuk tubuh
Minggu 38 lewat, tapi tanda kontraksi belum muncul juga, aduh galaw sekali, masuk minggu ke 39, segala ketenangan diri hilang, ayu mulai stress, mamah mulai nanya kapan HPl, lalu menargetkan si bayi harusnya sudah lahir
Aahhh makin stress, mulai tanya2 temen yg lahiran di week 41-42, untuk memperpanjang harapan...
Satu minggu ini,,,week 39 menjelang week 40...
Hari senin, BAK malam hari, ada blood slime, apakah ini pertanda? Tapi nggak ada kontraksi sama sekali
Mulai serius melakukan pelvic rocking pakai birthing ball, mantul2 bisa sampe 300 kali
Selasa, tanda blood slime hilang, tidak ada tanda apa2, si dede masih bergerak getak santai diperut, Ayu terus berdoa ke Allah bunyi doanya, makin singkat dan realistis
"Ya Allah izinkan hamba menjalani proses kelahiran sealami alaminya tanpa intervensi tambahan tak perlu, agar hamba merasakan keajaiban dan kehebatan tubuh ini dalam proses persalinan, sehingga bertambah keimanan dan ketauhidan hamba"
Plus ajak bicara dedek bayi sambil usap usap perut, dek, lahirlah de, Ayah sudah belikan bunda baju tidur gamis lumama😸
Rabu, mulai deh, physical exercise extreem, pilihannya ada ngepel jongkok dan naik turun tangga, berhubung kalo ngepel jonglok di larang sama bidan henny, jadi diganti sama gerakan jongkok berdiri 2x10 setiap mandi pagi sore, lumayan, gaya gravitasi bikin si dedek makin neken ke bawah
Naik turun tangga, kembali memanfaatkan gaya gravitasi untuk membuat kepala si dede makin turun panggul. Alhamdulillah punya rumah yang tinggi dan ada tangga curamnya,,,
Mulai deh program naik turun tangga serius, tiap subuh dan sore hari.
Jam 5 sore dengan baju seadanya, alias daster plus jaket, sebotol air mineral, sepotong roti, pedometer, plus Bapak yang diam2 selalu nemenin Ayu sambil ndengerin radio di ruang depan, ayu mulai melangkah naik dan turun tangga, baru awal aja ini perut langsung kontraksi, ayu terusin naik dan turn tangga, mulai napas tersengal, keringat bercucuran, detak jantung menggila, dan endorfin meraja, 30 menit, angka di pedometer menunjukan sudah 1875 langkah, selesainya cuapeeee banget, kaya abis olah raga cardio. Bapak selalu ngingetin untik stop kalo udah 30 menit.
Habis naik turun tangga, minum, makan, langsung pelvic rocing di burthing ball
Kamis libur nasional euy, ada teh ndel dan teh ncih dirumah. Pagi2 ayu dah naik tirun tangga lagi, ditemenin bapak, jam 5 subuh, sekatang 1500 langlah, ada tukang doclang lewat, beli deh, sekalian sama traktir bapak. Paginya teh ningsih anterin edsel ke sekolah, Ayu sama teh ndel olahraga jalan cepet dengan track rumah, litbang, pasir mulya, gunung batu, di gunung batu kita misah, teh ndel lanjut jalan ke mawar, nah Ayu ke bidan.
Di bidan sri dody, ada bidan Iin dan bidan bedah lagi on duty. Ayu dan bidan iin bikin plan karena usia bayi dah 39w5d, jadi kalo belum lahir sampe 40 minggu, bidan bisa tunggu sampai 41 week, tapi senin USG dulu, cek ada lilitan tali pusat ga, cairan amnionnya gimana, dan berapa berat janinnya. Nah kalo dah masuk 42 minggu, baiknya diinduksi aja, tapi ga bisa di kinik bidan, harus di rumah sakit.
Pulang dari bidan, terngiang ngiang tentang induksi,,,aahh aku ga mau diinduksi, tapi buat kebaiakan dan keselamatan bayi, ayu mulai pasrah dan menerima kemungkinan induksi...
Kamis sore, naik turun tanggal lagi, dapet 1800 langkah, lanjut lagi pelvic rocking.
Jumat pagi, naik turun tangga lagi, lebih ringan sekarang, karena udah biasa kali ya, 30 menit dapet 2075 langlah, huaaa dahsyat...
Oh ia, tadi malam ada blood show, tapi kontraksi belum datang
Cerita hari jumat lanjut ke judul selanjutnya ya, because friday is the show time
Komentar