Savoy
"Bang ke hotel bidakara aja bang di jalan asia africa"
"Ohhh savoy"
Percakapan diatas becak saat hujan turun cukup deras turun di Kota Bandung, Kota cinta ditumbuhkan
Apa yg membuat ku berani ke Bandung sendiri, tanpa tau daerah, transportasi, apa yg memotivasi semua ini, jawabannya adalah rasa rindu. Rasa rindu yg baru aku tau rasanya, rasa rindu itu baru singgah di hati di usia 26 tahun, rasanya seperti, hhhemmmm ada hati yg terbuat dari sponge berongga, setiap ada angin dari kutub merasuk ke rongga rongganya, terasa perih dan sedih, dan segera ingin mencari udara hangat dari equator. Ahhh nenguras enegi, rugi sekali mereka yg rindu pada orang yg tidak halal baginya.
Sampai di leuwipanjang, suami terjebak macet belum datang menjemput, dua jam diam dimushalah sambil mohon perlindungan ke Allah, mata mata native leuwipanjang mulai melirik lirik, ahh suami, segeralah datang.
Akhirnya kami bertemu disana, rongga rindu dalam hati langsung dipenuhi udara hangat equator.
Alun-alun kota Bandung, syahdunya, makan bersama makan siang si suami yg dibawa dari kantor, makannya dingin, tapi suasananya hangat, dikelilingi keluarga2 masyarakat bandung yang 'ngeleseh' diatas rumput sintetis hijau menikmati sunset.
Solat magrib dan isya di masjid raya Bandung. Dan hujan turun dengan derasnya.
Berkeliling dengan becak di kota bandung yg ramai dan megapolit, makan malam di gang jalan Asia Africa, dan disitu Abang kerkenalan dengan green tea, kesukaan Ay. Oh ada seblak, biar kekinian, harus coba.
Savoy, we promise to come back to this Hotel in our 20th wed ann.
Pvj with El and Han
And up in padalarang, kamu febris, aku tindakan keperawatan observasi febris, transfer kalor, PCT 500mg.
Dan itu bikin aku semakin bermakna sebagai seorang isteri dan seorang perawat.
Dan semakin ada yg tumbuh yet on the other side rongga dihati semakin banyak, sehingga saat berpisah dan ada angin dari kutub, rasa rindunya semakin perih.
"Ohhh savoy"
Percakapan diatas becak saat hujan turun cukup deras turun di Kota Bandung, Kota cinta ditumbuhkan
Apa yg membuat ku berani ke Bandung sendiri, tanpa tau daerah, transportasi, apa yg memotivasi semua ini, jawabannya adalah rasa rindu. Rasa rindu yg baru aku tau rasanya, rasa rindu itu baru singgah di hati di usia 26 tahun, rasanya seperti, hhhemmmm ada hati yg terbuat dari sponge berongga, setiap ada angin dari kutub merasuk ke rongga rongganya, terasa perih dan sedih, dan segera ingin mencari udara hangat dari equator. Ahhh nenguras enegi, rugi sekali mereka yg rindu pada orang yg tidak halal baginya.
Sampai di leuwipanjang, suami terjebak macet belum datang menjemput, dua jam diam dimushalah sambil mohon perlindungan ke Allah, mata mata native leuwipanjang mulai melirik lirik, ahh suami, segeralah datang.
Akhirnya kami bertemu disana, rongga rindu dalam hati langsung dipenuhi udara hangat equator.
Alun-alun kota Bandung, syahdunya, makan bersama makan siang si suami yg dibawa dari kantor, makannya dingin, tapi suasananya hangat, dikelilingi keluarga2 masyarakat bandung yang 'ngeleseh' diatas rumput sintetis hijau menikmati sunset.
Solat magrib dan isya di masjid raya Bandung. Dan hujan turun dengan derasnya.
Berkeliling dengan becak di kota bandung yg ramai dan megapolit, makan malam di gang jalan Asia Africa, dan disitu Abang kerkenalan dengan green tea, kesukaan Ay. Oh ada seblak, biar kekinian, harus coba.
Savoy, we promise to come back to this Hotel in our 20th wed ann.
Pvj with El and Han
And up in padalarang, kamu febris, aku tindakan keperawatan observasi febris, transfer kalor, PCT 500mg.
Dan itu bikin aku semakin bermakna sebagai seorang isteri dan seorang perawat.
Dan semakin ada yg tumbuh yet on the other side rongga dihati semakin banyak, sehingga saat berpisah dan ada angin dari kutub, rasa rindunya semakin perih.
Komentar