Ulang Tahun pertama pernikahan
Cirebon, 8 Februari 2017
Hari ini kami bangun dini hari untuk besyukur kepada Allah telah mempersatukan jiwa dan raga kami dalam satu lembaga sakral pernikahan. Aku bersyukur atas kehadirannya sebagai Imamku, dan kau berterima kasih kepada Allah telah menjadikanku sebagai pendampingmu. Air mata bahagia mengalir seiring rasa bahagia akan jalinan cinta yang semakin terbentuk diantara hubungan kami, Ya Allah, Tuhan yang Maha pengasih dan penyanyang, rasa syukur kami makin tidak terhingga saat bersama-sama kami merasakan gerakan janin dalam rahimku. Satu tahun lalu ijab dan qobul mempersatukan kami, tahun ini, gerakan janin makin mempererat kami.
Umur pernikahan kami baru satu tahun
Aku, ingin merekam memori indah tentangmu dalam tulisanku
Aku masih ingat, tatapan pertama kita saat kita Taaruf dulu, kamu malu malu melirik ke arahku, pun aku, saat mata kita saling bertemu, sama-sama kita alihkan kearah lain
Aku tau kamu memperhatikanku membuat teh saat menunggu tim Weding Organizar kita datang untuk rapat pra nikah
Aku tau kamu sedih saat ada sedikit mis komunikasi dalam persiapann pernikahan kita, Aku bisa dengar dari suaramu yang bergetar diujung telepon sana saat menghubungiku, karena aku juga merasa hal yang sama
Aku tau kamu ngeliatin aku waktu kita fitting baju dan saat sang penata rias mengaplikasikan test make up ke wajahku, kamu malu kan saat ibu Rias dengan logat bahasa sunda ngomong kencang kencang “Tuh si Aa Mani terpesona”
Tau ga, Aku berdebar buat pertama kalinya ngeliat new hair cut dan new glasses kamu waktu rapat pamungkas sehari sebelum nikah, “oh ini orang yang besok jadi suamiku” jujur aku baru sadar secara penuh pada H-1.
Waktu kalimat “Saya terima Nikah dan Kawinnya Rahayu Mulya Binti Mohamad Syamsuri dengan seperangkat perhiasan emas seberat 8 gram dibayar tunai” Air mataku otomatis mengalir, dan ucapan Alhamdulillah reflex terucap. Aku baru tau malamnya, kalau ternyata kamu menahan diri untuk tidak menangis saat Mitsaqon ghalizo bergetar, kamu baru menangis malam hari itu, Cuma didepan Aku, untuk ekspresi rasa Syukur pernikahan kita.
Tamu bulanan di malam pertama, walhasil kita habiskan malam dengan membuka amplop kondangan dan kado nikahan, oh ia kita juga sepakat satu hal serius: jangan malu dengan hal fisiologis manusia, seperti sendawa, kentut, ngupil, suara bersin, bau ketek, ngiler, ngorok, dll.
Satu minggu setelah menikah sampai tiga bulan berikutnya kita berpisah, karena kamu harus training kantor baru di Bandung dan Cirebon, sementara aku masih harus bekerja di Bogor. Tau ga, ini pertama kalinya dalam hidupku aku merasakan rindu, ternyata berpisah itu tidak enak, rindu itu menyiksa tau!
Di bulan ke empat aku baru bisa ikut kamu ke Cirebon setelah aku resign dari kantor, disini aku baru belajar bagaimana menjadi isteri buat kamu, dan selalu, adabtasi itu selalu tidak mudah.
Bulan-bulan berikutnya diwarnai drama tangisan aku setiap dapet haid bulanan, kamu selalu bijak dan rangkul sambil bisik “Sabar, Allah pasti kasih kita keturunan pada waktunya”
Masih inget ga rasanya kue ulang tahun sekeras sandal jepit waktu kamu ulang tahun? Kata mu enak, aku baru tau belakangan kalo kamu itu bohong.
Bulan Agustus giliran aku ulang tahun, makasih kuenya, kamu bilang “maaf ya aku beli kue, karena aku ga bisa bikin kue coklat sekeras sandal jepit kaya kamu”-antara penghinaan dan penghargaan-
Bulan Agustus, aku tunjukin kamu garus dua positif hasil test pack urine, kamu membuat semuanya anti klimaks pas tanya “apaan garis dua? Ga ngerti” sambil kucek kucek mata bangun tidur
Trimester pertama, betapa kamu tidak hanya bersimpati padaku, tapi sampai pada taraf empati. Kamu demam tinggi, mual, dan muntah, sampai aku infus kamu seharian dirumah. Disini aku sangat merasa berguna sebagai isteri yang juga perawat.
Aku ga bisa nolak pas kamu bilang “serahkan pekerjaan ngepel, nyuci, nyapu, ngejemur, angkat-angkat berat pada kakanda”
Pas aku mual dan muntah kamu cuma bilang “biasa, kan hamil”
Tapi pas aku nangis sejadi-jadinya karena menemukan flek darah dalam kehamilan, aku tau kamu panik, kamu Cuma peluk aku tanpa berkata-kata, lalu segera membawaku ke SPOG, sungguh, aku takut keguguran saat itu.
Setelah trimester dua, saat makan enak dan tidur enak, Baby bump mulai terlihat, eh kamu juga ikutan, perut mu juga maju, ukuran celana naik dua nomor
Saat perut ini semakin bulat dan mengganjal, banyak sekali bantuan yang kamu berikan, mulai dari mendorong atau menarik saat aku kesulitan bangun dari tidur, mencucikan kaki, atau melindungi perutku saat goncangan jalan bolong saat kita diatas motor, menawarkan bantal untun mengganjal perut, dan mengingatkanku tentang perut saat aku mulai pecicilan.
….
Sebagian, sebagian kecil saja memori ini, masih banyak yang aku simpan di rak-rak memori, masih ingat kan film in-and-out, memori tentang kita sering banget ditayangin di qurter head, dan sepertinya belum ada yang dibuang ke long term memori.
Sayang Adri
Hari ini kami bangun dini hari untuk besyukur kepada Allah telah mempersatukan jiwa dan raga kami dalam satu lembaga sakral pernikahan. Aku bersyukur atas kehadirannya sebagai Imamku, dan kau berterima kasih kepada Allah telah menjadikanku sebagai pendampingmu. Air mata bahagia mengalir seiring rasa bahagia akan jalinan cinta yang semakin terbentuk diantara hubungan kami, Ya Allah, Tuhan yang Maha pengasih dan penyanyang, rasa syukur kami makin tidak terhingga saat bersama-sama kami merasakan gerakan janin dalam rahimku. Satu tahun lalu ijab dan qobul mempersatukan kami, tahun ini, gerakan janin makin mempererat kami.
Umur pernikahan kami baru satu tahun
Aku, ingin merekam memori indah tentangmu dalam tulisanku
Aku masih ingat, tatapan pertama kita saat kita Taaruf dulu, kamu malu malu melirik ke arahku, pun aku, saat mata kita saling bertemu, sama-sama kita alihkan kearah lain
Aku tau kamu memperhatikanku membuat teh saat menunggu tim Weding Organizar kita datang untuk rapat pra nikah
Aku tau kamu sedih saat ada sedikit mis komunikasi dalam persiapann pernikahan kita, Aku bisa dengar dari suaramu yang bergetar diujung telepon sana saat menghubungiku, karena aku juga merasa hal yang sama
Aku tau kamu ngeliatin aku waktu kita fitting baju dan saat sang penata rias mengaplikasikan test make up ke wajahku, kamu malu kan saat ibu Rias dengan logat bahasa sunda ngomong kencang kencang “Tuh si Aa Mani terpesona”
Tau ga, Aku berdebar buat pertama kalinya ngeliat new hair cut dan new glasses kamu waktu rapat pamungkas sehari sebelum nikah, “oh ini orang yang besok jadi suamiku” jujur aku baru sadar secara penuh pada H-1.
Waktu kalimat “Saya terima Nikah dan Kawinnya Rahayu Mulya Binti Mohamad Syamsuri dengan seperangkat perhiasan emas seberat 8 gram dibayar tunai” Air mataku otomatis mengalir, dan ucapan Alhamdulillah reflex terucap. Aku baru tau malamnya, kalau ternyata kamu menahan diri untuk tidak menangis saat Mitsaqon ghalizo bergetar, kamu baru menangis malam hari itu, Cuma didepan Aku, untuk ekspresi rasa Syukur pernikahan kita.
Tamu bulanan di malam pertama, walhasil kita habiskan malam dengan membuka amplop kondangan dan kado nikahan, oh ia kita juga sepakat satu hal serius: jangan malu dengan hal fisiologis manusia, seperti sendawa, kentut, ngupil, suara bersin, bau ketek, ngiler, ngorok, dll.
Satu minggu setelah menikah sampai tiga bulan berikutnya kita berpisah, karena kamu harus training kantor baru di Bandung dan Cirebon, sementara aku masih harus bekerja di Bogor. Tau ga, ini pertama kalinya dalam hidupku aku merasakan rindu, ternyata berpisah itu tidak enak, rindu itu menyiksa tau!
Di bulan ke empat aku baru bisa ikut kamu ke Cirebon setelah aku resign dari kantor, disini aku baru belajar bagaimana menjadi isteri buat kamu, dan selalu, adabtasi itu selalu tidak mudah.
Bulan-bulan berikutnya diwarnai drama tangisan aku setiap dapet haid bulanan, kamu selalu bijak dan rangkul sambil bisik “Sabar, Allah pasti kasih kita keturunan pada waktunya”
Masih inget ga rasanya kue ulang tahun sekeras sandal jepit waktu kamu ulang tahun? Kata mu enak, aku baru tau belakangan kalo kamu itu bohong.
Bulan Agustus giliran aku ulang tahun, makasih kuenya, kamu bilang “maaf ya aku beli kue, karena aku ga bisa bikin kue coklat sekeras sandal jepit kaya kamu”-antara penghinaan dan penghargaan-
Bulan Agustus, aku tunjukin kamu garus dua positif hasil test pack urine, kamu membuat semuanya anti klimaks pas tanya “apaan garis dua? Ga ngerti” sambil kucek kucek mata bangun tidur
Trimester pertama, betapa kamu tidak hanya bersimpati padaku, tapi sampai pada taraf empati. Kamu demam tinggi, mual, dan muntah, sampai aku infus kamu seharian dirumah. Disini aku sangat merasa berguna sebagai isteri yang juga perawat.
Aku ga bisa nolak pas kamu bilang “serahkan pekerjaan ngepel, nyuci, nyapu, ngejemur, angkat-angkat berat pada kakanda”
Pas aku mual dan muntah kamu cuma bilang “biasa, kan hamil”
Tapi pas aku nangis sejadi-jadinya karena menemukan flek darah dalam kehamilan, aku tau kamu panik, kamu Cuma peluk aku tanpa berkata-kata, lalu segera membawaku ke SPOG, sungguh, aku takut keguguran saat itu.
Setelah trimester dua, saat makan enak dan tidur enak, Baby bump mulai terlihat, eh kamu juga ikutan, perut mu juga maju, ukuran celana naik dua nomor
Saat perut ini semakin bulat dan mengganjal, banyak sekali bantuan yang kamu berikan, mulai dari mendorong atau menarik saat aku kesulitan bangun dari tidur, mencucikan kaki, atau melindungi perutku saat goncangan jalan bolong saat kita diatas motor, menawarkan bantal untun mengganjal perut, dan mengingatkanku tentang perut saat aku mulai pecicilan.
….
Sebagian, sebagian kecil saja memori ini, masih banyak yang aku simpan di rak-rak memori, masih ingat kan film in-and-out, memori tentang kita sering banget ditayangin di qurter head, dan sepertinya belum ada yang dibuang ke long term memori.
Sayang Adri
Komentar