Begitulah Cinta, Deritanya tiada Akhir

"kalo sudah cinta, ya mau se-menderita apapun tetep di-jalanin..."(Rahayu, Profesi 2013)


Jatuh cinta itu rasanya seperti ini ya,,,walaupun dipikir-pikir banyak hal yang dipandang sama orang awam sebagai hal yang menjijikan, tapi karena kita tau rasional dari segala hal yang dilakukan, kita tau maslahatnya, makanya kita bisa menjalankan pekerjaan itu dengan tanpa perasaan apaun kecuali, satu, Ibadah kepada Allah sebari mencari keutamaan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.

saya jatuh cinta dengan Profesi keperawatan, Profesi yang saya pilih sebagai jalan hidup. cinta membuat saya bisa melakuan apa yang sebelumnya saya pikir tidak bisa dilakukan.

saya mengumpulkan urin setiap pukul 12.oo, mengukur berapa jumlah volumenya, lalu mencatatnya di lembar observasi intake out put.

Bau? ya ialah namanya juga urin!

tapi baunya urin itu ga masalah, karena observasi intake dan outpun cairan pasien sangat penting, terutama pada pasien dengan masalah jantung dan ginjal. jika cairan yang masuk dan keluar tidak balance, berarti klien akan mengalami kelebihan valome cairan yang membahayakan kerja jantung karena harus berkontraksi lebih keras memanagemen preload dan afterload darah.

saya melakukan self hygiene (toileting) pada klien yang buang air besar.

bau? ya ia lah, namanya juga feses!

tapi saya dengan senang hati membersihkan area perineal klien (walaupun klien dewasa dan beda jenis kelamin), karena saya tau, klien yang dalam perawatan butuh untuk ditingkatakan citra tubuh, harga diri, dan kenyamanannya dengan self hygiene. dengan perasaan yang sejahtera, klien bisa cepat menjalani proses penyembuhannya. selain itu, saat kita membersihkan pup klien, klien akan kita miringkan posisinya. posisi miring pada klien tirah baring itu penting loh, karena jika klien kelamaan tidur terlentang, bisa muncul yang namanya pressure ulcer atau dekubitus, rasanya itu perih dan nggak nyaman. dan hal itu bisa diminimalisir kejadiannya dengan rutin memenuhi kebutuhan self hygiene pasien.

saya dengan riang hati menyambut tawaran kakak senior untuk memasangkian kateter urinal (selang kencing) ke pasien, siapapun itu, mau sama atau beda jenis kelaminnya, saya siap laksanakan.

malu? geli?
nggak sama sekali

kenapa? karena saya tau, klien sangat membutuhkan selang urin tersebut agar waktu untuk bedrestnya lebih berkwalitas dan ga musti bulak-balik ke kamar mandi, apalagi klien yang diberikan medikasi diuresis, pastilah urinnya banyak, apa jadinya jika nggak ada perawat yang memasangkan selang kencing? bisa jadi tiap 5 menit dia pulang pergi bed-toilet, bed-toilet, kapan istirahatnya?

saya dengan semangatnya menyambut ajakan kakak senior untuk mengasisteni parawatan luka yang sangat lebar, besar, atau nggak pernah dilihat sebelumnya, bahkan saya pernah membantu menganti balutan luka kanker ukuran 20x 5 cm, besar kan

mundur, takut, pusing, mual?
Nggak lah! saya membayangkan itu keluarga saya sendiri, maka saya akan melakukan yang terbaik dan mengesampingkan perasaan lainya.

karena saya tau, perawatan luka yang baik, steril, dan terjadwal akan mempercepat proses penyembuhan luka, jaringan kulit yang rusak tidak akan terkontaminasi bakteri patogen yang dapat menyebabkan infeksi lokal, jika tidak dilakukan perawatan luka dengan baik, mungkin infeksinya akan menjadi sistemik dan mengamcam nyawa pasien.

saya kerap kali bertemu muka senoir perawat yang sukanya nge bully, jahat, nyindir, ngetawain, under estimate, bahkan dengan lantang mengatakan " perawat S1 nggak ada gunanya, cuma bisa jadi pejabat aja, tapi nggak bisa kerja"

benci? kesel? sebel? pingin nampar? ambil sepatu terus lempar ke mukanya

ia lah pingin banget! cuma kalo saya lakukan itu, kapan keperawatan Indonesia akan maju, kapan akan ada generasi yang bukanya menjatuhkan sesama profesi, tapi saling mendukung dan menghargai profesinya sendiri.

maka saya menahan diri, mengesampingkan perasaan, mengedepankan rasional, dan menjadi kuat dan tegar.

itu pilihan saya, maka saya menjalaninya, choos it, love it, live it!

cape, tapi harus dijalanin
sebel, tapi harus di redam
ngantuk, tapi harus ditahan
laper, tapi harus ditunda

karena memang begitu hakikatnya, cinta, deritanya tiada akhir.

saat donor darah di tempat praktik untuk pasien kanker ovari..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Bersalin Hj. Srie Dody Gunung Batu Bogor

Kembali Melahirkan di Rumah bersalin H. Srie Dody Gunung Batu

Kontrol Hamil ke Puskesmas