I'm Member of ODOJ 24

Assalamualaikum,,,

Perkenalkan nama saya R. Mulya biasa dipanggil Ayu, saya adalah anggota dari group ODOJ nomor 24. Saat itu demam ODOJ sedang melanda komunitas gaul saya, beberapa dari mereka yang sudah ikutan ODOJ sering berceloteh tentang kelompoknya, seperti “Wih keren deh di kelopok ODOJ aku ada yang sudah kholas jam 5 subuh” atau seorang temen yang tiba tiba nge-WA jam 23.30 malam untuk menawarkan lelang satu juz kepada saya sebelum pukul 00.00. hemmm saya jadi penasaran, apasih ODOJ?

Rasa ingin tau tentang ODOJ ini membuat saya kepo Tanya-tanya mengenai ODOJ. Aduh kok saya tiba-tiba minder ya, rasanya ga sanggup buat menyelesaikan satu hari satu juz. Saat itu rasanya impossible banget, rasanya iman saya belum sampai taraf  itu. Terlebih saat itu tahun 2013 dimana saya sedang menjalankan pendidikan profesi keperawatan yang menuntut saya untuk masuk shift jaga perawat di rumah sakit pendidikan di Jakarta, sementara rumah saya di Bogor, aduh pasti bakalan sibuk dan tidak ada waktu buat menyelesaikan satu hari satu juz. Tapi seorang sahabat yang juga guru saya menasehati agar dicoba dulu saja, ibadah awalnya memang harus dipaksakan dan terasa amat berat dijalankan, tapi kalau kita istiqomah dalam pelaksanaanya, pola pemaksaan itu akan berubah menjadi pola kebiasaan yang kalo nggak dijalanin akan membuat hati kosong dan hampa. Hemm saya ga paham sama statement terakhirnya, tapi saya juga meyakini nilai yang sama  tentang perbuatan baik dan ibadah harus dipaksakan saat diawal.

Undangan buat ikutan ODOJ mulai berdatangan, datang dari teman atau sahabant yang mencari-cari peengganti personil membernya yang hilang atau dikeluarkan karena tidak berhasil kholas satu juz dalam beberapa waktu. Duh kejam juga peraturannya, sambil ngedumel dalam hati. Sampai akhirnya datang tawaran ikutan ODOJ lagi dari guru ngaji saya, group baru bukan loh  bukan jadi pengganti member yang hilang atau dikeluarkan. Dengan modal nekat dan ragu-ragu saya bilang “iya boleh”.

14 November 2013 saat mau dinas malam ke rumah sakit fatmawati Jakarta di atas kopaja Deborah yang ngebut nyaris ugal-ugalan saya di undang ke sebuah group Whatsapps oleh seorang mba yang memperkenalkan dirinya sebagai seorang admin group. Kami dipersilahkan berkenalan dengan format yang yang telah ditentukan, semua anggota group diberikan sosialiasi aturan group. Tentang pergiliran juz Alquran yang dibaca, waktu mulai dan berakhir tilawah, alasan-alasan yang diterima jika tidak membaca Al-quran, dan tentu saja sanksi bila tidak memenuhi target bacaan Alquran. Dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim saya kuatkan hati, iman dan motivasi, semoga bisa istiqomah di ODOJ 24 ini.
Perjalanan awal bergabung dalan group kebaikan ini tentunya berjalan dengan semangat 45 dan penuh dengan dedikasi untuk menuntaskan hatu hari satu juz. Di mana saja kapan saja jika ada waktu luang selalu menyempatkan diri untuk tilawah, selesai solat minimal satu halaman di baca. Rasanya seperti sedang kompetisi sama temen satu group, kalau nggak kholas nama baik bisa dipertarukan nih.

Waktu memang selalu menjadi juri yang paling jujur untuk suatu keistiqomahan. Waktulah yang menyeleksi siapa yang pantas untuk meneruskan roda tilawah group. Orang-orang yang tidak komitment didalamnya akan dikeluarkkan dengan peringatan berjenjang. Bagaimana nasib saya? Tentu saja saya sering bolak balik masuk daftar teguran sebelum dikeluarkan. Terlebih saat kuliah padat, ujian praktik, konferensi kasus, diskusi dengan dosen, dan yang paling bikin tilawah nggak kepegang adalah dinas malam. Menjadi perawat berarti belajar menjadi mahluk nocturnal, terjaga saat orang lain tidur, dan barang tentu, tidur saat orang lain terjaga. Hal ini menyebabkan saya sering sekali kelewatan waktu batas kholas.
Alhamdulillahnya teman-teman di ODOJ 24 sangat paham dengan kondisi saya. Mereka tidak sampai mengeluarkan saya dari group. Hal ini karena saya usahan sebisa mungkin selalu laporan jika tidak kholas. Kabar-kabar  itulah yang membuat kita tetap keep contact and keep moving walaupun jalan ditempat alias tidak kholas.

Satu tahun saya bertahan sekuat tenaga agar tidak dikeluarkan dari group. Satu tahun saya merasakan beratnya menjadikan ibadah menjadi kebiasaan hidup, Sungguh tidak mudah. Tapi sangat indah dan bermanfaat bagi kesehatan spiritual. Nah tahun-tahun selanjutnya kerajinan saya meningkat di ODOJ karena tahun berikutnya saya sudah lulus kuliah profesi Ners dan mulai bekerja menjadi perawat. Dan profesi inilah yang sedikit banyak berkontribusi dalam meningkatkan motivasi kholas setiap harinya. Berikut ini adalah beberapa hal yang melatarbelakangi.

Perawat Itu Sering Menghadapi Proses Kematian

Suatu hari saat sedang berjaga dinas tiba-tiba keluarga pasien lari dengan panik menuju ruangan perawat atau nurse station. Dia megatakan kalau keluargnya terkena serangan sesak napas hebat. Seringnya pasien datang dengan kondisi penyakit Tubercolosis yang sudah gawat. Sehingga serangan sesak napas yang terjadi tiba-tiba harus segera ditanggulangi secara medis dengan cepat dan sigap. Saat diperiksa persentase oksigen yang  beredar ditubuh nilainya memprihatinkan, angka rendah. Napas pasien ini sudah satu persatu dan sulit sekali, maka oksigen konsentrasi tinggipun diberikan. Semakin lama kondisinya semakin tidak baik, malah mengalami perburukan. Tanda-tanda sakaratul maut telah tiba. Dokter menjelaskan kondisi pasien kepada kelurga dan disarankan untuk tabah, bersabar, dan boleh mentalkinkan atau melafadzkan kalimat “ Laillahaillahu wa ashadu Anna Muhamadarasulullah”. Tentu saja suasana seperti ini sangat mencekam, seperti ada aura malaikat maut yang sedng manaungi ruangan. Siapapun yang punya hati pasti bergetar, rasa takut menghadapi kematian menyeruak dan mengasai perasaan. Maka napas terakhir pasienpun terdengar sangat menggema. Suara flat monitor detak jantung semakin membuat suasana menjadi dramatis. Dan setelah menghadapi peristiwa sakaratul maut pada pasien seperti itu selalu membuat dengkul saya lemas dan pikiran saya kalut.

Menjadi perawat  memang profesi yang tepat untuk selalu Dzikrul maut. Saat sepeti itu maka Mushaf kecil adalah jawaban pelipur hati setelah menemani pasien menghadapi kematian. Tilawahpun menjadi sangat indah dan menenangkan. Tilawah menjadi kebutuhan untuk mengisi hati dan jiwa yang baru saja diingatkan tentang kematian setiap mahluk yang bernyawa. Dan Alhamdulillah, tidak terasa satu jus telah dibaca. Tinggal laporan kholas ke group.
Sebagai perawat saya sering menghadapi kematian yang beragam sebab dan bentuknya. Disini saya belajar makna husnul khotimah dan su’ul khotimah. Seluruh manusia menginginkan akhir yang bahagia. Akhir yang indah adalah saat napas terakhir kita diambil oleh malaikat pencabut nyawa maka lafadz tauhidullah yang terucap. Bagi mereka yang meyaksikan proses terlepasnya ruh dari raga akan menrasakan pengalaman spiritual yang sangat dalam. Tentu saja perjalanan panjang sebelumnya menjadi penentu akhir suatu hidup. Maka satu kesimpulan yang saya yakini dan membuat saya semakin rajin dalam membaca Al-Quran dan menghatamkan satu hari dengan satu juz adalah para pecinta Al-quran akan meninggal dalam keadaan jiwa yang tenang. MasyaAllah jika mengingat hadits yang mengisahkan setiap huruf Al-quran yang dibaca memberikan satu kebaikan. “Alif lam Mim” itu mengandung tiga kebaikan, bayangkan jika satu hari terselesaikan satu juz, maka berapa kabaikan yang mengalir? Oh ia, semua kebaikan ini akan tercatat sebagai pahala saat niatan ibadah tersebut hadir karena cinta kepada Allah, karena rindu kasih sayang Allah, Lillah saja. Inilah yang sedang saya perbaiki saat ini, baca Al-quran satu juz bukan karena takut diomelin sama mba Admin tapi karena Allah saja.

Rumah Sakit Itu Banyak Hantunya

Pernah denger dong cerita urban yang beredar di masyarakat tentanng semua rumah sakit itu pasti banyak hantunya, kan banyak orang yang meninggal di rumah sakit, jadi pasti banyak hantunya. Nah itu pandangan saya waktu menjadi mahasiwa keperawatan yang baru kali pertama ngerasain jaga malam di rumah sakit. Malam sebelumnya saya ngebayangin harus mengambil obat ke farmasi dan harus ngelewatin lorong-lorong panjang rumah sakit yang gelap dan berbau khas. Belum lagi tiba-tiba terdengar suara decitan brankar mayat yang bergema menuju kamar mayat. Nah gimana juga kalo harus ngambil darah ke bank darah dan ga ada jalan lain selain harus negelewatin kamar mayat. Aduh korban film horror nih, tapi memang beneran sih rasa takut sama mahluk lain itu sempet ada dihati.
Pas udah ngejalanin gimana rasanya dinas malam, boro-boro kepikiran sama yang gituan. Sumpah deh dinas malam perawat itu sibuk banget sama aktivitas malam seperti cek tanda-tanda vital, ngasih obat malam, ngeganti cairan infus, kasih makanan lewat selang hidug, dan lain-lain. Jadi suasana terasa ramai, tidak ada tuh sepi-sepi ala film horor. Dan Alhamdulillah-nya selama jadi mahasiswa, ga pernah ngerasain digangguin sama mahluk dunia lain yang iseng.

Tapi, ada satu pengalaman saat saya sudah bekerja, pengalaman misterius yang hanya perlu diyakini dalam hati keberadaanya namun tidak perlu ditakuti. Jadi begini ceritanya suatu malam saat jaga shift, jam menujukan pukul 23.30 alias setengah jam lagi menuju tengah malam. Alhamdulillah pasin lagi kosong, kami sudah siap-siap istirahat bergantian. Saat itu yang jaga malam ada tiga orang, satu orang laki-laki dan dua orangnya perempuan. Lalu telepon berdering, itu dari IGD mencari seorang mas yang jaga bareng sama saya, anehnya dia dipanggil ke unit IGD bukan karena dimintai tolong perihal tindakan keperawatan, tapi terkait hal mistis yang terjadi di IGD, kayanya ada pasien yang kesurupan. Kontanlah kami dua perempuan yang jaga saling tatap dan mulai duduk mendekat. Saat sedang hening menunggu mas yang tidak datang-datang juga dari IGD, tiba-tiba ada suara meronta dari tempat tidur pasien kelas tiga. Ruangan untuk perempuan itu berisi empat tempat tidur tapi hanya terisi satu pasien saja plus satu keluarga yang menunggu.
Takut terjadi sesak mendadak khas pasien dengan masalah paru-paru sayapun segera membawa alat saturasi osigen yang saya jepitkan ke salah satu jari sembari saya naikan kadar oksigenya. Pasien saya kembali meronta, lebih tepatnya meraung. Saya lihat saturasi oksigennya baik, pasienya juga tidak ada tanda-tanda sesak napas seperti napas cepat, pucat, dan berkeringat. Saya tanayakan ke keluarga apakah pasien sering mengalami kejadian seperti ini sebelumya, dan anehnya keluarga pasien bilang tidak pernah. Setelah kurang lebih satu menit pasien meraug dan meronta, tiba-tiba pasien bangun, bangunnya seperti terlepas dari mimpi buruk yang panjang, pasien langsung memeluk ayahnya erat, sang sayah langsung menyalakan MP3 tilawah. Setelah kondisi tenang dan saya pastikan pasien baik-baik saja serta aman terkendali, sayapun kembali ke ruang perawat. Saat saya kembali mas yang dari IGD itu sudah datang. Katanya pasien yang kesurupan di IGD sudah tertangani. Menurut penuturannya, pasien yang di IGD itu kemasukan penunggu rumah sakit ini. Nah saya langsung saja menceritakan perihal kejadian aneh yang baru saja saya alami bersama pasien di ruangan. Setelah saya selesai bererita, mas yang dipercaya mampu mengeluarkan jin dari tubuh orang itupun mengatakan dengan entengnya “oh berarti jinnya pindah dari IGD ke ruangan, ke pasien itu”. Lah denger gituan saya langsung ambil air wudhu segera tilawah ODOJ yang belum kholas.

Setelah kejadian itu, saya semakin rajin untuk membaca Al-quran. Awalnya karena takut, tapi makin kesini saya memaknai dengan membaca Al-Quran sebelum berdinas, baik itu pagi, siang, atau malam maka saya hakikatnya sedang memohon kepada Allah untuk diberikan perlindungan yang paling ampuh dari mahluk jin dan manusia yang mungkin bisa mencelakai selama saya bekerja. Dengan membaca Al-quran hati juga menjadi tenang, jadi ga perlu merasa takut dengan apapun, terlebih mahluk gaib yang sudah barang pasti derajatnya lebih rendah dari manusia.

Kerja Jadi Terarah Dengan Tilawah

“Tenaga medis itu kerjanya banyak tapi tenaganya sedikit”. Seorang teman mengeluh saat lelah kerja melanda. Saya banyak setujunya dengan pernyataan tersebut, karena memang kenyataanya seperti itu, contohnya saja saya yang berprofesi sebagai perawat, setiap berjaga dinas rasio perbandingan perawat dan pasien rata-rata satu perawat berbanding lima pasien. Nah itu dirumah sakit kecil, kalau di rumah sakit yang besar rasionaya bisa lebih irasional lagi. Kenapa hal itu terjadi, karena kita bekerja dengan manusia, bekerja dengan mahuk sosial yang unik dan penuh dengan keberagaman. Maka setiap pasien memiliki kebutuhan yang berbeda dan tidak sama satu sama lain. Apalagi saat kondisi sakit, tentu tingkat ketergantungan pasien akan meningkat walaupun saat sehat dia super mandiri. maka pekerjaan perawat dan pekerja medis lainnya perlu stamina dan konsntrasi yang tinggi.

Entah ini adalah sugesti atau hanya saya yang merasakan, tapi perasaan ini benar adanya terjadi pada saya. Setiap kali mau berdinas saya menyempatkan datang ke kantor setengah jam sebelum masuk, saya akan melipir ke mushaah. Nah disana saya akan beristirahat sebentar, lalu mengambil mushaf Al-quran untuk dibaca. Minimal satu lembar tapi Alhamdulillah kalo bisa selesai kholas satu juz, Setelah itu baru say akan memulai pekerjaan. Saat ruhani ini terisi dengan tilawah Al-Quran seelumnya, maka tindakan keperawatan yang kita berikan ke pasien akan berjalan dengan baik. Misalnya saat harus menginfus, dengan mengucap basmalah dan mohon pertolongan kepada Allah maka infus bisa terpasang dengan satu kali tusukan, saat harus menangani pasien dalam kondisi gawat dan keritis kita menghadapinya dengan tenang sehingga bisa berpikir logis dan menjalani prosedur medis step by step dengan maksimal, saat harus berbicara dengan pasien dan keluarga kita bisa mengeluarkan kata-kata yang santun.
Dengan tilawah juga kita bisa mengisi waktu kosong yang kadang kala terselip saat bekerja. Karena jika tidak bijak dalam menggunakan waktu free yang ada maka rentan sekali untuk menimbrung pada aktivitas bergosip, ngomongin orang, main game, nengokin sosial media, atau aktivitas tidak bertujuan lainnya. Dengan tilawah kerja jadi terarah dan barokah, InsyaAllah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Bersalin Hj. Srie Dody Gunung Batu Bogor

Kembali Melahirkan di Rumah bersalin H. Srie Dody Gunung Batu

Kontrol Hamil ke Puskesmas