Not Yet a Treveler

Kamis, satu hari sebelum keberangkatan, saya terserang faringitis, meler hingus dari hidung, Tumor, dolor, kalor, fusiolaesa, saya terinfeksi, terancam ga bisa ikut ke Lapung.
sembari aga meriang, akhirnya memaksakan diri pergi ke kelinik kehutanan Bosbow, minta antibiotik, parasetamol, vitamin, sekalian cek 6 bulanan gigi, Ya Allah sembuhkanlah, Ayu pingin ke Lampung, SMS mulai berdatangan menanyakan kenapa ayu ga dateng kuliah, dan memastikan keikutsertaan saya ke Lampung, Doakan saja ya teman-teman.
selepas pulang dari klinik saya langsung makan, solat, tidur, berdoa semoga saja setelah ini Allah berikan kesembuhan. Pukul 04 sore, Mamah memberikan nasihat melemahkan semangat
"Yu, Jangan ikut, itu dikasih sakit, berarti ga boleh berangkat!!"
GLEG'Liat ntar deh mah, kalo ayu sehatan, ya tetep ikut'
Bimbang
Gundah
Gulanah
labil
pundung
dan...Ragu
sempat mau kirim SMS ga ikut ke yang lain, tapi keyakinan itu baru datang pukul 5 sore, bayangkan, pukul 5 sore saya baru siap-siap, selepas magrib berangkat ke Depok, lalu bertemu rombongan yang berjumlah 15, dengan mata beler dan hidung meler, dengan bekal 5 jenis obat dari dokter, dengan bekal doa orang tua yang terpaksa, Ya Allah lindung hamba, Amin

berangkaat lah kita dari depok menuju kampung rambutan, lanjut naik bus menuju Merak selam 5 Jam, lima jam yang tidak terasa, karena tertidur dibawah pengaruh obat-obatan(jiahhh,, obat faringitis makasudnya)

pukul 3 dini hari, pelabuhan Merak terlihat penuh dengan antrian penumpang yang mau menyebrang ke pulau Sumatra, arus balik libur panjang akhir pekan, ditambah prosedur tambahan yang diberlakukan untuk mengantisipasi kecelakaan, setiap penumpang kapal Fery harus mengimput nama, usia, dan asal daerah ke komputer database.

tepat pukul 3.30 dinihari, kita semua sudah duduk di kelas bisnis, dan berusaha meneruskan tidur. Pukul 5 subuh, kita Shalat di Mushalah kapal, lanjut tidur lagi, tepat pukul 06.00 saya dan teman-teman MAGIC pertama kali menginjakan kaki ke pulau sumatra, Lampung dengan suhu tropis yang kentara, dan bukit Sigar yang tinggi menjulang membuat mata sipit berkantung habis tidur terbuka dan terkesan.

Bus Raja Basa yang seharusnya kami naiki habis di terminalnya, akhirnya kami menyewa angkot ukuran 15 orang. agak salah sih sebenernya,ternyata perjalanan 2 jam di lambung beda banget sama perjalanan dua jam di Bogor, ya 2 jam yang panjang, berkelok, dan berdebu di jalan Transsumatra bersama truk-truk besar berseliweran.

tepat pukul 09.00 pagi, kami ber 6 sampai ke rumah sahabat kami tercinta, orang lampung satu-satunya, Oktariyani. sambutan hangat dan ramah langsung datang dari orang tua Okta, si anak semata wayang, kami dujamu sangat baik, diberikan tempat untuk tidur, dan dikenalkan dengan kota lampung.

kita istirahat dulu ya, lumayan cuapeee perjalannya, setelah itu mandi, dan bersiap jalan-jalan menjelajah kota lampung. pukul 13.00. liat-liat rumah adat lampung, jalan-jalan ke UNILA, beli kripik Pisang ke Karya Mandiri, lalu terakhir makan baso ke H. Sonny, mancapppp



Hari sabtu, asikkkk
Ke pantai Mutun, panas, tapi ngga masalah, pasir putihnya sangat indah, ditambah air laut yang nggak begitu asin, tenang, dan bersih,,,bener-bener jadi pengobat stress
 


 










Seharian kita melayang-layang, berenang, minum kelapa seger, dan oleh-olenya adalah...muka hitam

besoknya pulang deh, naik kapal Ferry yang mewah banget, bagus, sampai kembali ke pulau jawa, dengan suara serak dan muka hitam, tapi semangat baru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Bersalin Hj. Srie Dody Gunung Batu Bogor

Kembali Melahirkan di Rumah bersalin H. Srie Dody Gunung Batu

Kontrol Hamil ke Puskesmas